Nvidia diperkirakan akan melaporkan peningkatan substansial dalam laba kuartal kedua, dengan pendapatan diperkirakan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi $28,68 miliar. Lonjakan ini didorong oleh melonjaknya permintaan akan chip kecerdasan buatan Nvidia, yang merupakan bagian integral dari pengembangan infrastruktur komputasi canggih. Reuters melaporkan bahwa harga saham perusahaan telah melonjak lebih dari 150% tahun ini, menambah nilai pasar sebesar $1,82 triliun dan meningkatkan Indeks S&P 500.
Meski jumlahnya mengesankan, investor masih merasa resah. Bahkan kegagalan untuk memenuhi ekspektasi tinggi ini dapat berdampak negatif pada saham Nvidia, yang saat ini bernilai sekitar 37 kali lipat dari pendapatan yang diharapkan, jauh di atas rata-rata perusahaan teknologi terkemuka lainnya.
Ke depan, Nvidia menghadapi tantangan yang signifikan. Laporan menunjukkan bahwa produksi chip Blackwell AI generasi berikutnya mungkin tertunda, yang dapat memperlambat pertumbuhan pendapatan pada awal tahun depan. Penundaan ini berasal dari masalah desain dan mungkin menunda jadwal rilis. Selain itu, margin keuntungan perusahaan dapat berkurang jika pembuat chip TSMC menaikkan biaya produksi, sesuatu yang diisyaratkan oleh perusahaan Taiwan baru-baru ini.
Nvidia juga mengatasi hambatan di pasar Cina. Nvidia tidak dapat menjual chip kecerdasan buatan tercanggihnya langsung di Tiongkok karena pembatasan pemerintah AS. Namun, pengembang AI Tiongkok dilaporkan telah mencari solusi untuk mendapatkan chip H100 Nvidia yang kuat melalui broker luar negeri, yang menggunakan metode untuk menyembunyikan identitas mereka. Sebuah laporan di Wall Street Journal menyoroti solusi ini.
Terlepas dari permasalahan ini, perusahaan masih memperkirakan pendapatan kuartal ketiga sebesar $31,69 miliar, meskipun pertumbuhan tersebut diperkirakan lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya.