Serbia diperkirakan akan menandatangani kesepakatan “besar” untuk membeli jet tempur Prancis, yang diperkirakan bernilai miliaran dolar, selama kunjungan pemimpin Prancis minggu ini, kata Presiden Aleksandar Vucic kepada AFP, Rabu.
Komentar Vucic muncul menjelang kunjungan dua hari Presiden Macron ke Serbia yang dimulai pada hari Kamis, di mana keduanya diperkirakan akan menandatangani serangkaian perjanjian bilateral.
Presiden Serbia tidak merinci berapa banyak jet tempur Rafale Prancis yang akan dibeli, atau biaya akhir kontrak jika kesepakatan ditandatangani.
“Ini adalah kontrak yang sangat besar bagi negara ini, bahkan bukan kontrak kecil bagi Prancis,” kata Vucic kepada AFP dalam sebuah wawancara eksklusif, menggambarkan nilai kesepakatan multi-miliar dolar yang diharapkan dapat disepakati.
Kementerian Pertahanan Serbia pernah mengatakan bahwa negaranya sedang berusaha membeli 12 pesawat dari Paris untuk menggantikan armada tempurnya yang sudah tua.
Tahun lalu, Vucic mengisyaratkan bahwa Beograd siap mengeluarkan sekitar 3 miliar euro untuk membeli jet tempur Prancis.
Vucic menambahkan: “Sebagian besar pesawat kami, atau seluruh pesawat kami, semua pencegat kami dan semua pesawat tempur kami berasal dari Rusia, dan sekarang kami perlu mengubah diri kami sendiri, kebiasaan kami, dan segala hal lainnya untuk membuat tentara kami bersiap.
Jika ditandatangani, kesepakatan tersebut akan menjadi yang terbaru dari serangkaian kesepakatan senjata dengan Eropa, Tiongkok dan Rusia seiring dengan melonjaknya pengeluaran Beograd selama dekade terakhir.
Kunjungan Macron terjadi ketika Vucic terus memikirkan tujuan bergabung dengan Uni Eropa yang sudah lama dinanti-nantikan, sambil mengatasi kekhawatiran dalam negeri tentang apa yang mungkin terjadi.
Pemerintahan Vucic menghadapi reaksi keras atas keputusannya untuk menerbitkan kembali izin kepada raksasa pertambangan Anglo-Australia Rio Tinto untuk mengembangkan tambang litium yang kontroversial setelah pengadilan tinggi negara itu membatalkan keputusan sebelumnya untuk menghentikan operasi.
Masa depan tambang besar di dekat kota Loznica di bagian barat telah menjadi topik politik hangat di negara Balkan selama bertahun-tahun, dengan para pengkritik rencana tersebut mengatakan bahwa hal tersebut berisiko mencemari sumber air penting.
Vucic masih tegas mendukung rencana tersebut.
“Kami akan tetap gigih dan kuat dalam hal ini karena kami yakin ini penting bagi Serbia dan demi kepentingan rakyat Serbia,” kata presiden kepada AFP.
Namun, banyak pihak di Serbia yang tetap menentang rencana tersebut.
Puluhan ribu orang turun ke jalan untuk memprotes perubahan sikap pemerintah terhadap tambang tersebut dan perjanjian berikutnya dengan Uni Eropa untuk mengembangkan pasokan litium ke blok tersebut, yang dipandang sebagai landasan utama transisi Eropa menuju ekonomi ramah lingkungan.