IBM menutup operasi penelitian dan pengembangannya di Tiongkok, menjadi perusahaan teknologi besar terbaru yang memangkas tenaga kerjanya di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Perusahaan tersebut mengumumkan penutupan Laboratorium Pengembangan Tiongkok dan Laboratorium Sistem Tiongkok serta pemecatan lebih dari 1.000 karyawan pada pertemuan internal pada Senin pagi, lapor South China Morning Post, mengutip postingan karyawan di situs media sosial Tiongkok.
Hal ini menyusul pemotongan serupa yang dilakukan oleh raksasa global seperti Amazon dan Tesla, dimana para pekerja dilaporkan kehilangan pekerjaan di kota-kota seperti Beijing dan Shanghai.
South China Morning Post, mengutip sumber dari situs berita Tiongkok, mengatakan beberapa orang mengetahui nasib mereka ketika mereka tidak dapat mengakses sistem jaringan internal perusahaan komputer tersebut selama akhir pekan.
Seorang juru bicara IBM tidak mengkonfirmasi PHK tersebut namun mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perusahaan tersebut “fokus pada memiliki tim yang tepat dengan keterampilan yang tepat” untuk memberikan perusahaan-perusahaan Tiongkok “keahlian teknis dan konsultasi yang substansial.”
“IBM menyesuaikan operasinya sesuai kebutuhan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada klien kami, dan perubahan ini tidak akan berdampak pada kemampuan kami untuk mendukung klien di Tiongkok Raya,” kata juru bicara tersebut.
Pada bulan April, Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif baru yang besar terhadap barang-barang Tiongkok, termasuk kendaraan listrik, semikonduktor, sel surya, dan baterai lithium-ion.
Mantan Presiden Donald Trump juga mengatakan dia akan mengenakan tarif tambahan jika terpilih pada bulan November.
South China Morning Post mengutip laporan keuangan baru-baru ini yang mengatakan bahwa meskipun pertumbuhan pendapatan keseluruhan sebesar 1,6% di seluruh wilayah Asia-Pasifik, pendapatan IBM di Tiongkok turun tajam sebesar 19,6% tahun lalu.
Menurut South China Morning Post, penjualan di Tiongkok turun lagi 5% pada paruh pertama tahun ini, sementara pendapatan regional tumbuh 4,4%.